Seperti kita ketahui, kondisi anak-anak saat ini sangat jauh berbeda
dengan kondisi anak-anak di jaman dahulu. Faktor yang paling berperan
dalam perubahan ini adalah media. Perkembangan media yang sangat pesat,
menyebabkan anak-anak di jaman sekarang lebih cepat dewasa dibandingkan
usianya. Ini sangat memprihatinkan, karena anak-anak kehilangan masa
kecilnya. Lihat saja, berbagai acara yang ditawarkan di program televisi
umumnya ditujukan untuk kalangan remaja dan dewasa. Acara-acara
sinetron di televisi umumnya tidak mendidik, hanya menawarkan realita
kehidupan nyata tanpa memberikan solusi dan beberapa ada yang cenderung
mengada-ada atau direkayasa. Tidak banyak dari kita memahami dan memaknai Al-Qur’an, sebagian dari
kita hanya membatasinya dalam ruang lingkup religi. Padahal Al-Qur’an
ini adalah rahmatan lil alamin yang mencakup pedoman kehidupan ini baik
dunia kesehariannya maupun nanti di akhirat. Justru para cendekiawan dan
ilmuwan muslim dijaman dahulu menjadikan Al-Qur’an sebagai referensi
penelitian sehingga menjadi ilmuwan unggul, berkebalikan di masa
sekarang dimana masih sedikit ilmuwan muslim yang seperti itu sehingga
penemuan dan penelitian lebih didominasi ilmuwan barat.
Setiap orangtua pasti menginginkan buah hatinya menjadi anak yang
shalih dan shalihah. Anak shalih shalihah merupakan harta yang paling
berharga bagi orangtua. Untuk mendapatkan semua itu, tentu harus ada
upaya keras dari orangtua dalam mendidik anak. Salah satu yang wajib
diajarkan kepada anak adalah segala hal tentang al-Quran karena ia
adalah pedoman hidup manusia.Rasulullah saw. pernah bersabda (yang
artinya): “Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai
Nabimu; mencintai ahlul baitnya; dan membaca al-quran karena orang-orang
yang memelihara Al-Qur’an itu berada dalam lindungan singasana Allah
pada hari ketika tidak ada perlindungan selain daripada perlindungan-
Nya; mereka beserta para nabiNya dan orang-orang suci.” (HR ath Thabrani).
Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan
petunjuk kepada jalan yang lebih lurus dan memberikan khabar gembira
kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka
ada pahala yang besar.” (QS Al-Isra’[17] :9) Sangat bagus jika sejak anak dalam kandungan seolah-olah calon anak kita
itu sudah terbiasa “hidup bersama” al-Quran; yakni ketika sang ibu yang
mengandungnya, rajin membaca al-Quran.
7M Agar Anak Selalu Hidup Bersama al-Quran :
1. Mengenalkan.
Saat yang paling tepat mengenalkan alQuran adalah ketika anak sudah
mulai tertarik dengan buku. Sayang, banyak orangtua yang lebih suka
menyimpan al-Quran di rak lemari paling atas. Sesekali perlihatkanlah
al-Quran kepada anak sebelum mereka mengenal buku buku lain, apalagi
buku dengan gambar-gambar yang lebih menarik. Mengenalkan al-Quran juga
bisa dilakukan dengan mengenalkan terlebih dulu huruf-huruf hijaiyah;
bukan mengajarinya membaca, tetapi sekadar memperlihatkannya sebelum
anak mengenal A, B, C. D. Tempelkan gambar-gambar tersebut ditempat yang
sering dilihat anak; lengkapi dengan gambar dan warna yang menarik.
Dengan sering melihat, anak akan terpancing untuk bertanya lebih lanjut.
Saat itulah kita boleh memperkenalkan huruf-huruf al-Quran.
2. Memperdengarkan.
Memperdengarkan ayat-ayat al-Quran bisa dilakukan secara langsung
atau dengan memutar kaset atau CD. Kalau ada teori yang mengatakan bahwa
mendengarkan musik klasik pada janin dalam kandungan akan meningkatkan
kecerdasan, insya Allah memperdengarkan al-Quran akan jauh lebih baik
pengaruhnya bagi bayi. Apalagi jika ibunya yang membacanya sendiri.
Ketika membaca al-Quran, suasana hati dan pikiran ibu akan menjadi lebih
khusyuk dari tenang. Kondisi seperti ini akan sangat membantu
perkembangan psikologis janin yang ada dalam kandungan. Pasalnya, secara
teoretis kondisi psikologis ibu tentu akan sangat berpengaruh pada
perkembangan bayi, khususnya perkembangan psikologisnya. Kondisi stres
pada Ibu tentu akan berpengaruh buruk pada kandungannya. Memperdengarkan
al-Qurari bisa dilakukan kapan saja dan dimana saja; juga tidak
mengenal batas usia anak. Untuk anak-anak yang belum bisa berbicara,
insya Allah lantunan ayat al-Quran itu akan terekam dalam memorinya.
Jangan aneh kalau tiba-tiba si kecil lancar melafalkan surat al-Fatihah,
misalnya, begitu dia bisa berbicara. Untuk anak yang lebih besar,
memperdengarkan ayat-ayat alQuran (surat-surat pendek) kepadanya
terbukti memudahkan sang anak menghapalkannya.
3. Menghapalkan.
Menghapalkan al-Quran bisa dimulai sejak anak lancar berbicara.
Mulailah dengan surat atau ayat yang pendek atau potongan ayat (misalnya
fastabiq al-khayrat, hudan li an-nas, birr al-walidayn, dan
sebagainya). Menghapal bisa dilakukan dengan cara sering-sering
membacakan ayat-ayat tersebut kepada anak. Lalu latihlah anak untuk
menirukannya. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai anak hapal di luar
kepala. Masa anak-anak adalah masa meniru dan memiliki daya ingat yang
luar biasa. Orangtua harus menggunakan kesempatan ini dengan baik jika
tidak ingin menyesal kehilangan masa emas (golden age) pada anak. Agar
anak lebih mudah mengingat, ayat yang sedang dihapal anak bisa juga
sering dibaca ketika ayah menjadi imam atau ketika naik mobil dalam
perjalanan. Disamping anak tidak mudah lupa, hal itu juga sebagai upaya
membiasakan diri untuk mengisi kesibukan dengan amalan yang bermanfaat.
Nabi saw. bersabda: Demi Zat Yang jiwaku ada di tangan-Nya, sesungguhnya
hapalan Al-Qur’an itu lebih cepat lepasnya daripada seekor unta pada
tambatannya. (HR al-Bukhari dan Muslim).
4. Membaca.
Siapa saja yang membaca satu huruf dari Kitab Allah maka dia.akan
mendapat satu kebaikan. Satu kebaikan akan dibalas dengan sepuluh kali
lipat. Aku tidak mengatakan bahwa alif-lam-mim adalah satu huruf. Akan
tetapi, alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim juga satu huruf.
(HR at-Tirmidzi) . Sungguh luar biasa pahala dan kebaikan yang
dijanjikan kepada siapa saja yang biasa membaca al-Quran. Bimbing dan
doronglah anak agar terbiasa membaca al-Quran setiap hari walau cuma
beberapa ayat. Orangtua penting memberikan contoh. Jadikanlah membaca
al-Quran, utamanya pada pagi hari usai shalat subuh atau usai shalat
magrib, sebagai kegiatan rutin dalam keluarga. Ajaklah anak-anak yang
belum bisa membaca untuk bersama-sama mendengarkan kakak-kakaknya yang
sedang membaca al-Quran. Orangtua mempunyai kewajiban untuk mengajarkan
kaidah-kaidah dan adab membaca al-Quran. Untuk bisa membaca al-Quran,
termasuk mengetahui kaidah-kaidahnya, sekarang ini tidaklah sulit. Telah
banyak metode yang ditawarkan untuk bisa mudah dan cepat membaca. Ada
metode Iqra, Qiroati dan sebagainya. Metode-metode itu telah terbukti
memudahkan ribuan anak-anak bahkan orangtua untuk mahir membaca
al-Quran. Alangkah baiknya membaca al-Quran ini dilakukan secara
bersama-sama oleh anak-anak di bawah bimbingan orangtua. Ketika seorang
anak membaca, yang lain menyemaknya. Jika anak salah membaca, yang lain
bisa membetulkan.Dengan cara itu, rumah akan selalu dipenuhi dengan
bacaan al-Quran sehingga berkahwin.
5. Menulis.
Belajar menulis akan mempermudah anak dalam belajar membaca al-Quran.
Diktekan kepada anak kata-kata tertentu yang mempunyai makna. Dengan
begitu, selain anak bisa menulis, sekaligus anak belajar bahasa Arab.
Mulailah dengan kata-kata pendek. Misalnya, untuk mengenalkan tiga kata
alif, ba, dan dal anak diminta menulis a, ba da (tolong tuliskan
Arabnya, ya: a-ba-da) artinya diam; ba-da-a (yang ini juga) artinya
mulai; dan sebagainya. Sesekali di rumah, coba adakan lomba menulis ayat
al-Quran. Berilah hadiah untuk anak yang paling rapi menulis. Jika anak
memiliki kemampuan yang lebih dalam menulis huruf al-Quran, ia bisa
diajari lebih lanjut dengan mempelajari seni kaligrafi. Rangkaian huruf
menjadi suku kata yang mengandung arti bertujuan untuk melatih anak
dalam memperkaya kosakata, di samping memberikan kesempatan bagi mereka
untuk bertanya tentang setiap kata yang diucapkan serta mengembangkan
cita rasa seni mereka. Jadi, tidak hanya bertujuan mengenalkan huruf
al-Quran semata.
6. Mengkaji.
Ajaklah anak mulai mengkaji isi al-Quran. Ayah bisa memimpinnya
setelah shalat magrib atau subuh. Paling tidak, seminggu sekali kajian
sekeluarga ini dilakukan. Tema yang dingkat bisa saja tema-tema yang
ingin disampaikan berkaitan dengan perkembangan perilaku anak selama
satu minggu atau beberapa hari. Kajian bersama, dengan merujuk pada satu
atau dua ayat al-Quran ini, sekaligus dapat menjadi sarana tausiyah
untuk seluruh anggota keluarga. Sekali waktu, tema yang akan dikaji bisa
diserahkan kepada anak-anak. Adakalanya anak diminta untuk memimpin
kajian. Orangtua bisa memberi arahan atau koreksi jika ada hal-hal yang
kurang tepat. Cara ini sekaligus untuk melatih keberanian anak
menyampaikan isi al-Quran.
7. Mengamalkan dan memperjuangkan AI-Quran.
AI-Quran tentu tidak hanya untuk dibaca, dihapal dan dikaji. Justru
yang paling penting adalah diamalkan seluruh isinya dan diperjuangkan
agar benar-benar dapat menyinari kehidupan manusia. Sampaikan kepada
anak tentang kewajiban mengamalkan serta memperjuangkan al-Quran dan
pahala yang akan diraihnya. Insya Allah, hal ini akan memotivasi anak.
Kepada anak juga bisa diceritakan tentang bagaimana para Sahabat dulu
yang sangat teguh berpegang pada al-Quran; ceritakan pula bagaimana
mereka bersama Rasulullah sepanjang hidupnya berjuang agar al-Quran
tegak dalam kehidupan.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Sumber: http://ramadhanislam.wordpress.com/2011/09/03/download-murattal-anak-kajian-ulumul-quran/
No comments:
Post a Comment